Sunday, 9 June 2013

(Bagian 2) Sebagai Wanita Apa Kamu Merasa Lemah?

Belajar Dari Curhat Teman


Entri ini merupakan sambungan dari tulisan saya beberapa waktu lalu tentang, "Apakah Sebagai Wanita Kamu Merasa Lemah?".

Masih ingatkah kondisi psikis ibu tersebut? Ya, kondisinya sangat tertekan. Suami yang menurut pengertiannya tidak memberi gaji kepadanya, itu sebenarnya ceritanya begini:
Suaminya seorang pekerja di bengkel. Gajinya sesuai UMR. Tapi kalo lembur bisa di atas itu. Sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup secara sederhana, ya cukuplah untuk penghasilan tersebut. Saya bilang demikian, karena masing2 individu memiliki tuntutan kebutuhan yang berbeda. Namun jika kita menilik akan kebutuhan pangan, setiap individu sama. Tergantung pada keinginan kita mau makan seperti apa? Patokan saya makan secara sederhana itu adalah makan yang penting mengandung zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Tidak harus daging sapi setiap hari. Tidak harus ayam, tapi tahu, tempe, telurpun jadi. Haha... malah membahas makanan. Ok, lanjut.



Bukan masalah besarnya kebutuhan makan, tapi karena penghasilan harus dibagi untuk membayar angsuran sepeda dan rumah. Nah, ini dia. Sehingga setelah dihitung gajinya habis untuk membayar sekolah, angsuran tanggungan. Lha terus untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya gimana? Itu dia, si ibu mencari tambahan dengan mengasuh anak tetangga. Klop. Kalau kita perhatikan betapa beratnya beban yang harus dipikulnya. Di rumah di samping mengasuh anak sendiri yang masih bayi, serta kedua anaknya yang sudah sekolah dasar, iya juga harus mengasuh anak yang masih balita.

Bukan hanya mengasuh, ia juga harus mengantar dan menjemput asuhannya ke sekolah.
Teman, kita tahu, sebagai seorang ibu yang stand by di rumah, sudah banyak sekali job des yang harus kita selesaikan. Tapi ini harus ditambah lagi dengan beban yang lain.
Bukan hanya ibu tersebut yang mengalami, mungkin anda juga mengalaminya.

Di saat banyak tugas yang menunggu, namun masih ada tugas-tugas yang tidak mampu terselesaikan. Seperti menyuapi anak yang nggak mau makan. Ditambah kesibukan suami yang luar biasa, sehingga tidak memungkinkan kita untuk membagi tugas kepadanya.
Saran saya, jangan cepat menilai suami dengan istilah-istilah yang justru akan membuat beban kita menjadi bertambah.

Memberikan pertanyaan sebgai ungkapan perhatian, itu lebih baik. karena akan memancing suami untuk melakukan hal yang sama. "Ayah pulangnya malam-malam, pasti capek ya Yah!" atau "Kasihan ayah kerjanya terlalu capek, sampai-sampai gak punya waktu untuk mengajak jalan-jalan." Aatau apa aja deh, pokonya kalimat-kalimat yang jika didengar akan mampu menghilangkan sebagian rasa capek yang dialami.

Mohon maaf sebelumnya, maksud dari tulisan saya ini hanya sekedar sharing. Semoga akan membawa manfaat bagi kita semua. Amin.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.