Wednesday, 9 October 2013

MENJAGA KESEHATAN LEWAT SELEKSI MAKANAN


MENJAGA KESEHATAN LEWAT SELEKSI MAKANAN

Resensi buku Anakku Sehat Tanpa Dokter (Korjak, 3 Oktober 2013), by Binta Alamamba

Setiap anak sakit bisa menimbulkan keresahan dan stres tersendiri bagi para orang tua untuk mengupayakan kesembuhan. Tak jarang kondisi ini membuat orang tua bergantung pada dokter. Setiap kali anak sakit, orang tua baru tenang kalau sudah diperiksa dokter dan diberi obat.

Buku ini menjabarkan cara mengobati anak yang sakit tanpa dokter. Intinya, mengusahakan anak dan seluruh keluarga sehat tanpa harus ke dokter. Bukan hanya karena biaya ke dokter mahal, namun juga karena ilmu medis tidaklah sempurna, meski dari masa ke masa selalu diperbarui dan ada teori-teori anyar.

Di sini diperlukan perubahan paradigma, cara berpikir, ketika kondisi salah satu anggota keluarga sakit. Paradigma umum, orang sakit memerlukan obat. Seseorang pergi ke dokter bukan untuk mengonsultasikan penyakitnya, namun mencari obat (halaman 43).

Pada kenyataannya, banyak sekali penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. Manusia tinggal mencari sebab seperti diare yang bisa dicegah dengan menghindari makanan tertentu. Diare tak selalu karena bakteri. Bisa juga karena tidak cocok dengan makanan atau minuman tertentu. Diare semacam itu tidak membutuhkan obat dan bisa sembuh dengan sendirinya jika makanan atau minuman penyebabnya dihindari.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Membiasakan gaya hidup sehat merupakan kunci utama menghindari sakit. Bukan hanya soal menu makanan, namun juga kebersihan dan istirahat secara seimbang. Ternyata banyak sekali efek samping makanan yang dikonsumsi setiap hari, khususnya yang instan atau cepat saji. Perlu selalu update pengetahuan dan informasi-informasi tentang zat adiktif (tambahan) dalam makanan, bahkan juga kemasannya. Sistem pengemasan di Indonesia baru 10 persen yang sesuai dengan aturan Standar Nasional Indonesia (halaman 76).

Kita harus tetap kritis dan selektif terhadap keadaan. Jika harus ke dokter, jangan hanya pasrah menurut kata-kata dokter. Pasien ke dokter untuk berkonsultasi, bukan menanyakan keunggulan obat (halaman 56). Tanyakan diagnosis penyakitnya dan sebabnya agar lain waktu bisa menghindari kondisi-kondisi yang menyebabkan penyakit itu.

Buku ini menjabarkan gejala tanda-tanda sakit akan muncul, tip mengenali gejala tersebut, dan cara menanganinya. Ada juga panduan akupresur, teknik pemijatan untuk membantu penyembuhan dan memberi rasa nyaman. Ini dapat dipraktikkan orang tua pada anak-anak.

Buku ini ditulis oleh seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak. Banyak disertakan pengalaman
pribadi dan juga orang-orang sekeliling. Tulisannya yang membahas tentang kedokteran agaknya jauh dari gelar kependidikannya yang merupakan sarjana psikologi. Namun ulasannya dilengkapi data akurat dari berbagai buku kesehatan.

Meski begitu, buku ini tidak serta-merta mengajak pembaca agar antidokter. Ini disertai disclaimer, semua informasi pengobatan hanya anjuran dan untuk penyakit umum yang sering diderita anak. Jadi, bukan sebagai pengobatan penyakit yang sifatnya membutuhkan penanganan dokter secara segera. Untuk itu, setiap pembaca bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam memanfaatkan informasi buku ini.

Diresensi Aris Sayyidatul Ilmi, lulusan Madrasah Almujibiyyah, Ponpes Langitan Widang, Tuban (Koran Jakarta 3 Oktober 2013)


Judul Buku : Anakku Sehat Tanpa Dokter
Penulis : Sugi Hartati SPsi
Penerbit : Stiletto Book
Jumlah Halaman : 196
Cetakan Pertama : April 2013


Bisa didapatkan di toko buku Gramedia atau secara online di stilettobook, bukuwanita.net, diandra.com, atau bukukita.com

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.