Sumber gambar: www.pesonadieng.com |
Inilah salah satu tempat yang ingiiiin sekali aku kunjungi. Tahukah apa alasannya?
Tak ada alasan lain, karena tempat ini memiliki segudang pesona keindahan yang takkan bisa ditemukan di tempat lain. Lagi pula sudah lama aku tidak melihat keindahan alam pegunungan. Padahal dulu sewaktu kecil, ketika masih tinggal bersama nenek di Tulungagung hampir setiap saat selalu menyapa indahnya alam pegunungan. Bagaimana tidak, lha memang rumah nenek terletak di lereng gunung, hehe....
Namun sejak SMA, dan kuliah di Surabaya jadi jarang banget ngeliat indahnya ciptaan Tuhan yang satu itu. Apalagi setelah menikah, dan memilik anak. Nggak kebayang betapa repotnya jika harus pergi ke tempat tersebut dengan membawa serta 3 krucil (kru cilik). Harus bawa pakaian banyak, bekal ini, itu, aduh ampun dech... Mana yang bungsu dan kakaknya kalo makan sulitnya bukan main...... dengan berat hati terpaksa harus mengurungkan dech keinginan pergi-perginya, ..........
Saat anak-anak sudah besar nanti, aku ingin mengajak mereka mengenal alam. Melihat sunrise atau sunset tentu akan banyak memberikan pengetahuan berharga buatnya.
Nah, demi itu semua aku memiliki rencana ingin membawa mereka berlibur ke Wonosobo. Tepatnya Dieng Plateau. Dieng Plateau adalah sebuah dataran tinggi yang berada di wilayah Wonosobo.
Wonosobo, merupakan salah satu kota yang memiliki potensi pariwisata paling menakjubkan di Indonesia. Bahkan kota ini juga sering disebut-sebut sebagai “Paris Van Java”. Keindahan alam yang jarang ada bandingannya, dilengkapi dengan kuliner, dan budaya yang memiliki keunikan tersendiri.
Pintu masuk Dieng Plateau Area Sumber gambar: www.cikarsya.blogspot.com |
Dieng Plateau terletak pada etinggian 2.093 m di atas permukaan laut. Terletak antara wilayah kabupaten Banjarnegara dan kabupaten Wonosobo. Pemandangan alam yang menawan menjadi simbol bahwa Indonesia memiliki surga wisata yang sangat mengagumkan. Juga adanya bangunan berbentuk candi yang menyisakan sebuah sejarah yang panjang dan tersimpan segudang misteri tentang peradapan manusia yang lahir sejak ratusan tahun lalu.
Di sinilah kita bisa melihat matahari seolah terbit 2 kali dalam 1 hari.
Di sinilah kita bisa melihat matahari seolah terbit 2 kali dalam 1 hari.
Sebelumnya aku ingin menjelaskan sedikit tentang arti kata "Dieng"
Nama Dieng sendiri diambil dari bahasa Sansekerta, yaitu “Di” yang berarti tempat, dan “Hyang” yang berarti Dewa Pencipta. Dari kedua kata itu Dieng memiliki arti sebagai tempat pertemuan para dewa. Sementara dari penduduk asal mengartikan Dieng dari asal kata “Edi” artinya cantik, dan “Aeng” artinya aneh atau unik. Jika digabungkan kata Dieng berarti tempat yang cantik dan memiliki banyak keunikan atau keanehan. (Sumber aku dapatkan dari sini: Wikipedia.com)
Sementara menurut sejarah pada masa pra-Medang yang terjadi sekitar 600 Masehi, nama Dieng berasal dari bahasa Sunda. Dahulu daerah tersebut oleh umat hindu pada masa kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, “Surga Dieng” dalam pengaruh politik kerajaan Galuh diyakini sebagai poros dunia. Legendanya, Sang Hyang Jagadnata bermaksud memindahkan “Gunung Kosmik” Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, pada masa itu, Dieng (Surga para Hyang) tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, akan tetapi sekaligus sebagai pusat spiritual dan peradapan yang dulu diperkirakan ada sekitar 150 candi di sekitar Dieng. Namun karena faktor alam (bencana alam atau abrasi bebatuan), maka kini yang tersisa tinggal 8 candi. Candi-candi tersebut didirikan oleh kerajaan Kalingga (Dinasti Sanjaya). Sehingga dalam kitab Raja Sanjaya disebut-sebut kata “Dieng” yang disebut sebagai tempat paling baik untuk memuja Dewa Siwa. Siwa adalah Dewa perusak. Dipuja dengan tujuan agar tidak merusak kehidupan manusia. Sebagai bukti ditempat tersebut tedapat candi besarta puing-puing bekas Vihara.
Itu sebabnya banyak yang menyebut Dieng adalah surga tempat wisata. Karena banyaknya keindahan alan yang ditawarkan. Mulai dari candi, gunung, bukit, telaga, hingga kawah yang mengeluarkan semburan belerang berpadu dengan sensasi hawa dingin khas pegunungan.
Pemandangan di area tersebut luar biasa indahnya. Kita akan menyaksikan hamparan sawah, gunung, dan perbukitan yang bagaikan berselimut permadani hijau. Ditambah suasana yang asri dengan suhu udara yang sejuk menyegarkan. Sangat berbeda dengan suhu di Surabaya, yang cenderung panas. Dan menariknya lagi penginapan di sana juga tergolong murah. Hanya berkisar antara Rp 60.000,- hingga Rp 100.000,-.
Dari Dieng Plateau area, kita bisa mengunjungi Telaga Warna. Telaga ini memiliki fenomena alam yang unik, yaitu airnya bisa berubah warna dari biru, hijau, hingga ungu. Ini terjadi karena air danau tersebut banyak mengandung sulfur, hingga saat terkena sinar matahari maka air telaga berubah warna. Di tengah kawah telaga juga terdapat kawah putih yang berupa letupan seperti air mendidih. Di sana pemandangannya sangat bagus, kita juga bisa duduk-duduk menikmati sejuknya udara serta keindahan alam yang mengelilinginya pada balkon kecil yang tersedia.
Telaga Warna, Dieng Sumber: http://indonesia.travel |
Duduk-duduk menikmati keindahan Telaga Sumber: http://indonesia.travel |
Tidak jauh dari Telaga Warna kita bisa mengunjungi Gua Semar. Di Gua tersebut kita akan menjumpai patung Semar (Tokoh pewayangan). Di gua ini juga terdapat kolam kecil yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit serta menjadikan kulit menjadi cantik. Gua ini dipercaya memiliki aura mistis yang kental, menurut kepercayaan bahwa ritual urutan pertapaan akan selalu berakhir dikawasan Dieng. Konon Mandalasari alias Semar mengakhiri pertapaannya di Gua tersebut, dan tempat tersebut menjadi tempat peristirahatannya yang abadi. Dan menurut beberapa sumber Presiden Soehartopun pernah bersemedi di Goa tersebut lho,... sebelum akhirnya mendapat wangsit akan menjadi presiden (Sumber: http://www.tempo.co/).
Ritual di dalam Gua Semar Sumber: http://travellesia.blogspot.com/ |
Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk berlibur menikmati golden sunrise. Kitapun memiliki tempat wisata yang menyuguhkan pemandangan yang begitu memikat. Ohya, sebelum kita berbicara lebih lanjut apa sich golden sunrise itu?
Golden sunrise, adalah penampakan matahari terbit dengan warna indah keemasan. Pemandangan yang menunjukkan betapa besarnya ciptaan Tuhan tersebut dapat kita saksikan dari bukit Sikunir. Dan, menurut orang-orang yang sudah pernah ke sana selain golden sunrise, beberapa saat kemudian kita bisa menyaksikan kembali perwujudan sunrise yang berbeda dari yang sebelumnya kita lihat. Jadi seolah-olah kita bisa menyaksikan kembali matahari terbit yang ke dua.
Wow,... fantastic bukan? Penampakan matahari terbit yang berbeda ini, disebut dengan silver sunrise. Kali ini matahari terbit tidak berwarna keemasan lagi, tapi menyiratkan sinar keperakan, itu sebabnya disebut dengan Silver Sunrise. Pemandangan indah ini terlihat dari Candi Arjuna. Inilah yang biasa disebut dengan keunikan alam di Wilayah Dieng, yaitu matahari serasa terbit dua kali dalam sehari. Penasaran khan? Saya juga, yuuk rencanakan waktu yang tepat berlibur ke sana!
Ini dia gambaran keindahan alamnya: di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
Para Wisatawan di Kawah Sikidang Sumber: tripadvisor.com |
Sekilas gambar ini tampak seperti ombak di tepi pantai, padahal itu adalah aliran kawah. Kira-kira airnya panas apa dingin ya? Dari pada penasaran, lebih baik cobain ke sana yuk!
Sumber: http://ceuceumeo2.blogspot.com |
Nah, kalo yang ini namanya golden sunrise. Ckckckckck...... indahnya....
Sangat cantik bukan penampakan mataharinya?
Golden Sunrise Sumber: http://ceuceumeo2.blogspot.com |
Ini dia Silver sunrise,.......
Sumber: http://ceuceumeo2.blogspot.com |
Silver Sunrise Sumber: http://ceuceumeo2.blogspot.com |
Indah Bukan?
Jadi nggak sabar nich pingin ke sana. Yuk... buruan ke Wonosobo! Nikmati keindahan alam yang eksotis.
Sebagai warna negara Indonesia, aku bangga Indonesia memiliki destinasi wisata yang tak kalah indahnya dengan luar negeri.
Dirgahayu Wonosobo, yang ke 189. Semoga ke depannya Wonosobo akan lebih dikenal sebagai wilayah yang memiliki tempat wisata, sajian budaya, serta sajian kuliner yang memiliki kekhasan dan keindahan alam yang menakjubkan. Bukan hanya menarik wisatawan dalam negeri, namun juga dari luar negeri.
Dirgahayu Wonosobo, yang ke 189. Semoga ke depannya Wonosobo akan lebih dikenal sebagai wilayah yang memiliki tempat wisata, sajian budaya, serta sajian kuliner yang memiliki kekhasan dan keindahan alam yang menakjubkan. Bukan hanya menarik wisatawan dalam negeri, namun juga dari luar negeri.
Artikel ini diikutsertakan dalam Giveaway #HariJadiWonosobo189
Giveaway Contest: Menulis Artikel Potensi Wonosobo dalam rangka #HariJadiWonosobo189 |
INFO LOMBA kalo yg di atas sulit dibuka ini aja dech:
ReplyDeletehttps://www.facebook.com/notes/golokal/giveaway-contest-menulis-artikel-potensi-wonosobo-dalam-rangka-harijadiwonosobo1/1498759347021451
cantiknyaaa..... kampungku deket dieng juga, tp belum pernah ke sana :(
ReplyDeletewhaah.... enak donk kalo ke dieng. Gak perlu cari penginapan.
DeleteUlasan bagus, Mak. Jadi pengen ke sana. :)
ReplyDeleteTerimakasih Mak.
DeleteYuk, ketemuan di sana! Saya juga pingin banget nich..
memang indah di sana, aku pernah kesana saat study tour saat SMA dan bersama keluarga, patut dikunjungi kok
ReplyDeleteOhya mbak... wah seharusnya saya nanya yg udah pengalaman ke sana ya, hehe....
Deletesekarang ke sana lagi yuk
2x sehari berarti waktu di Dieng berjalan lbh cepat ya bun? salam kenal
ReplyDeletehehe... bukan terbit 2 kali sehari sebenarnya. Tapi penampakan matahari dengan warna yang bebeda dari tempat yang berbeda, membuat matahari seolah-olah muncul lagi.
Deletesalam kenal balik
tulisanya sangat inspiratif, dieng memang punya segudang potensi luar biasa.
ReplyDeleteTerimakasih.
DeleteIya indah banget
Alhamdulillah...
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete