Thursday, 23 October 2014

Kata JANGAN, Bolehkah digunakan saat melarang anak?

Assalamualaikum, Wr, Wb.

Kali ini saya ingin mengajak pembaca untuk sharing atau berdiskusi mengenai penggunaan kata "jangan" saat melarang anak.

Bolehkah kita menggunakan kata "jangan" dalam melarang anak? Mengapa diperbolehkan, sementara sebagian mengatakan tidak boleh?

Akhir-akhir ini marak sebuah pembahasan tema parenting tentang larangan menggunakan kata "Jangan" pada anak. Ironisnya pembahasan yang tetap menganjurkan kata jangan juga banyak.

Nah, bagi mereka yang awam mungkin akan semakin bingung bagaimana harus bersikap. Di satu pihak melarang dipihak lain menganjurkan. Tentunnya mereka yang melarang dan mengajurkan tersebut memiliki alasan terdasar teori yang sama-sama kuat. Nah, lalu kita harus bersikap bagaimana?

Sama halnya dengan rokok. Pemerintah jelas-jelas juga melarang kita menggunakannya demi kesehatan. Selain itu berbagai pihak terkaitpun juga demikian. Tapi mengapa perusahaan rokok tidak satupun yang dengan tegas dilarang produksi lagi, Padahal kita tahu perusahaan tersebut sedemikan besar perkembangannya dari waktu ke waktu? Apa tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak generasi kita yang terganggu kesehatannya karena masih menggunakan itu? Semua kembali pada kita sendiri. Mau sakit atau sehat. Halah kok malah membahas rokok? Apa persamaannya?


Sama dengan tips atau teori dalam mengasuh dan membimbing anak. Meski banyak beredar pembahasan yang melarang kita untuk tidak menggunakan kata ini dan itu, sebaiknya kita sebagai orangtua harus pintar-pintarnya mengambil hikmah dari pembahasan tersebut.

Nah, kali ini saya tergelitik untuk ikut berdiskusi menganai penggunaan kata "Jangan".

Ini tak lepas dari curhatan seorang teman, dia merasa bersalah karena sering menggunakan kata "Jangan" pada anaknya. Sayapun menjadi tertarik untuk mendengar sharingnya. Menurut pendapatnya yg dia lakukan salah, karena masih menggunakan kata "jangan" pada anaknya. Dia bilang kesulitan untuk menghilangkan kata tersebut saat berhadapan dengan sikap usil yang sering dilakukan anaknya. Rasa bersalahnya berasal dari pendapat seorang penceramah yang melarang menggunakan kata "jangan" pada anak.

Lalu teman tersebut bertanya pada saya, "Benarkah menggunakan kata jangan pada anak itu hal yg salah?".



Dengan tegas saya menjawab, "tidak"! Karena aku sendiri kadang masih menggunakannya.

Mengapa? Pertimbangan saya, (dilihat dari kaca mata psikologi), bahwa setiap orangtua itu memiliki goal sendiri-sendiri dalam mengarahkan anaknya. Setiap orang tua memiliki prinsip sendiri, ingin menjadi seperti apa anaknya kelak. Mereka memiliki tujuan yang berbeda antara satu orangtua dengan orangtua lainnya. Ada yang menginginkan anaknya bersikap tegas, nggak banyak bicara, tapi lebih banyak bertndak. Ada pula yang menginginkan anaknya bersikap lemah lembut, sabar, penuh pemaaf, dan sederhana. Namun ada pula mereka yang menginginkan anaknya, pekerja keras, aktif, memiliki semangat yang tinggi, dan kelak menjadi anak yang sukses secara material.

Dalam ilmu psikologi sendiri menganggap, bahwa setiap orang itu akan memiliki watak, temperamen, sifat atau sikap yang berbeda2, dan itu semua baik, tidak ada yang buruk, tidak ada yang salah dan benar.
Bahkan orang gilapun dianggap sebagai sebuah alternatif terbaik bagi sebagian orang yang tidak sanggup lagi menanggung beban hidup yang baginya sangat berat. Hanya hal yang sifatnya merugikan dan menyakitkn orang lain dan diri sendiri aja yg dianggap salah.

Kembali ke pembahasan kata "Jangan". Kita semua mungkin sudah tahu bahwa kata jangan memiliki makna akan hal yang benar-benar tidak boleh dilakukan. Jadi sifatnya adalah sebuah perintah keras. Nah, jika ada kejadian seorang anak yang memukul temannya saat bermain, apa mungkin kita akan menggunakan kata pengganti jangan. Padahal jelas2 itu adalah sifat yang harus dibuang alias dilarang dilakukan. Karena jika dilakukan hal tersebut bisa merugikan orang lain atau bahkan dirinya sendiri.

Dilihat dari sini, apakah mungkin kita dilarang menggunakan kata "Jangan" pada anak kita?
Masih banyak hal lain yang mungkin akan kita temui saat bersama anak kita dan mungkin itu juga menuntut kita untuk tidak mungkin tidak menggunakan kata "Jangan".

Selain itu (maaf bagi yg non muslim) dalam Al Qur'an kita akan sering menjumpai kalimat dengan kata "Jangan". Itu artinya bahwa perkara tersebut memang jelas2 dilarang untuk dilakukan. Hukumnya kuat. Maka kita juga tidak mungkin akan menggantikan kata jangan dengan istilah lain. Bahkan seorang Nabipun juga tidak mengganti kata "Jangan" saat memyapaikannya pada anak-nya.
Waallahualam....

Mungkin sudah banyak pula penjelasan lain yang menyetujui penggunaan kata jangan tetap boleh digunakan dalam mendidik putra-putri kita. Tapi nyatanya masih banyak pula yang merasa khawatir dan bimbang, boleh tidak menggunakan kata "Jangan". Hal ini pastinya akan membuat para orangtua semakin bingung.

Saran saya, sebagai orangtua kita harus yakin dulu, keyakinan mana yang akan kita pakai sebagai landasan dalam mendidik putra putri kita. Dari situ saya yakin semua orangtua telah memiliki bekal harus bersikap seperti apa dalam memperlakukannya. Dan juga bagi mereka yang memiliki kesempatan memberikan ceramah atau motivasi, sebaiknya harus berhati-hati dalam menyampaikan ilmu yang didapat, karena kadang sumber ilmu yang kita dapat kurang pas saat kita terapkan dalam komunitas yang berbeda.

Intinya dalam memberikan larangan pada anak orangtua haruslah obyektif. Misalnya: anaknya lari, dilarang "Jangan lari, nanti jatuh!". Anaknya mau memanjat, "Jangan memanjat, nanti jatuh!". Anaknya belajar menggambar, "Jangan coret2 dinding, nanti kotor!". Itu adlh larangan yang tidak obyektif. Karena justru aktivitas lari, memanjat, dan mencoret-coret diinding itu diperlukan bagi perkembangannya.

Jika itu dilakukan, bagaimana jika nanti ternyata anak kita perkembangan psikomotorik kasarnya kurang, karena selalu kita larang berlari. Bagaimana jika ternyata anak kita takut memanjat, padahal ia sudah besar, sehingga sebagian aktivitasnya dalam kegiatan pramuka terganggu karena tidak bisa memanjat?
Bagaimana jika kalimat si atas kita ganti: "Boleh lari tapi hati2 ya!". "Kalau memanjat harus pegangan yang kuat ya biar tidak jatuh!" atau "Jangan memanjat pohon yang itu ya, karena banyak semut besarnya, nanti bisa digigit". ''Jangan mencoret di dinding ya! sebaiknya gunakan kertas biar dindingnya nggak kotor!".

Nah, berarti kita masih membutuhkan penyampaian sesuatu menggunakan kata "Jangan...." bukan?


Semoga tulisan ini akan memberikan gambaran yang bermakna positif dan bermanfaat! Kurang lebihnya mohon maaf bila ada kekurangan.



Mungkin Anda juga Membutuhkan Artikel Ini:
Stimulasi Batita & Balita
Aplikasi-anak-cerdas-solusi-gadget-anak
Menjadi-supermom-yang-sukses-dunia-akhirat
Stimulasi-agar-anak-pandai-bergaul

2 comments:

  1. Sangat mencerahkan, mak.
    Makasi banget ya. Karena selama ini kita kerap dijejali larangan yang kurang pas. Tengkiu, tengkiu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah..
      Iya sama-sama,.. semoga bermanfaat

      Delete

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.