UA-83233104-1

Wednesday, 21 September 2016

Harus Berani Lapor KPI



www.bundasugi.com
Gambar: republika.co.id


Assalamualaikum, Wr. Wb.

Pagi ini saat ng-twitt, saya menemukan sebuah berita yang membuat saya kaget sekaligus senang. Judulnya beritanya: "Masyarakat Harus Berani Lapor KPI". Ini adalah sebuah pernyataan yang diungkap oleh Kak Seto setelah menghadiri salah satu acara yang diadakan oleh Polres Cirebon di Cirebon.

Bagaimana tidak, masyarakat yang selama ini terkesan hanya sebagai penerima atas semua tanyangan TV serasa mendapat lampu hijau. Bahwa mereka adalah bagian penting dalam sebuah tayangan. Mereka ternyata boleh bersikap proaktif. Idealnya sich memang demikian. Karena bagaimanapun juga kesuksesan tayang sebuah tayangan khan tergantung dari pemirsanya juga? Betul nggak? Kalau pemirsanya banyak maka rate tayangan
tersebut akan tinggi dan mampu mendongkrak popularitas TV itu sendiri, ya khan? Coba saja kalau tayangannya tidak ada yang melihat, pastinya sponsor iklan nggak ada yang maulah digandeng stasiun TV tersebut. Nah, kalau udah gitu bangkrut khan operasionalnya? Siapa coba yang akan membayar para krunya? Hehe …. Nah khan, kita itu sebenarnya berjasa banget buat mereka. Si empunya TV. Hehe …. harus bangga menjadi pemirsa yang cerdas.

Ini kutiban pernyataan Kak Seto yang saya ambil dari republika.co.id, “Masyarakat khususnya orang tua harus berani melaporkan tayangan yang bisa memberikan efek negatif bagi anak. Orang tua diminta aktif melapor ke ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)”.
Nah, itu artinya sebagai pemirsa harus bersikap kritis terhadap tayangan. Terutama terhadap efek yang mungkin akan mempengaruhi mental anak yang sifatnya negatif.

"Tayangan di televisi merupakan salah satu yang mempengaruhi perilaku anak, seperti film kartun pukul-pukulan, itu juga cukup memberikan efek bagi anak," kembali kata Seto melanjutnya pernyataannya. 

Pernyataan ini memang benar adanya. Kita sering melihat bukan adegan kekerasan fisik yang tayang pada berbagai film kartun? Belum lagi kalimat-kalimat yang bernada kasar, atau yang diucapkan dengan luapan emosi yang tinggi?
 
Dari sini diharapkan kepada semua pemirsa terutama orang tua, untuk tidak segan-segan melaporkan tayangan  yang tidak mendidik kepada KPI. Laporan bisa dilakukan melalui surat elektronik (surel) atau telepon ke nomor pengaduan yang telah disediakan oleh KPI. Nantinya  KPI akan memberikan respon dengan cepat. Dan tindakan KPI ini tidak main-main, Ini dibuktikan dengan adanya salah satu tayangan yang diberhentikan, setelah ada pengaduan dari masyarakat.

"Orang tua harus bisa mengawasi anak dan juga mengerti kebutuhan anak," tambahnya.
Berkaitan dengan anjuran kepada orang tua agar selektif terhadap tontonan anak, sangat penting dilakukan Budaya Sensor Mandiri

Melalui budayasensor mandiri, masyarakat terutama orang tua diajak untuk memahami setiap tema dan peruntukan tayangan yang boleh ditonton anak-anak atau tidak. Biasanya pada layar akan terdapat symbol-simbol sebagai warning bahwa tayangan tersebut diperuntukkan usia berapa? 

Bahkan pada ada pula yang menyertakan symbol tentang tema atau adegan yang terdapat dalam tayangan tersebut, terutama film. Misalnya: bertema tentang kekerasan simbulnya adalah tangan. Lalu tema tentang adegan yang menakutkan yang diberi symbol seperti laba-laba, dan masih banyak lagi. 

Untuk mengetahui lebih banyak tentang simbol (Piktogram Kijkwijzer) bisa dilihat di sini: Membangun BudayaSensor Mandiri Demi Mencegah Anak Nakal di Era Digital

Saya kira sekian dulu laporan berita dari saya, semoga bermanfaat!

Waalaikumsalam, Wr. Wb.

3 comments:

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.