UA-83233104-1

Tuesday, 22 November 2016

Tampil Cantik Memasuki Usia Cantik



Dulu waktu usiaku masih 25 tahunan, aku selalu memperhatikan penampilan. Waktu itu masih lajang dan bekerja. Secara fisik, masih sangat-sangat kuat, energik dan penuh semangat. Aku merasa berada pada puncak “impian”. Bukan berarti telah mencapai puncak karir lho! Hehe ...

Tapi sebagai gadis dewasa, aku cukup puas dengan pencapaian saat itu, meski bekerja dengan gaji yang tidak begitu wah. Sehabis gajian, biasanya aku menyisihkan untuk membeli berbagai keperluan, seperti: kosmetik dan pakaian. Aku dan semua wanita lajang lainnya mungkin sama, tak bisa kuat menahan kala ada baju model baru maupun sepatu atau sandal baru yang lagi trend. Selain itu,
aku juga mengikuti berbagai kegiatan diluar jam kerjaku, antara lain: aerobic club, kursus bahasa Inggris, meski sampai sekarangpun belum menguasai (hehe ....), juga aneka kegiatan social lainnya.

Intinya aku begitu menikmati hidup. Aku merasa bahagia karena memiliki Me Time. Aku punya waktu untuk luluran, cream bath, facial, dan membubuhkan krim pelembab setiap saat. Satu lagi yang masih aku sukai hingga saat ini, yaitu belanja buku. Aku sering membeli buku, meski belum tahu kapan buku itu sempat aku baca. Rasa bahagia itulah yang menyebabkan aku merasa bisa tampil cantik dimana saja dan kapan saja. 

Namun, setelah menikah dan punya anak semua menjadi berubah. Aku tak lagi memprioritaskan diri sendiri. Aku beranggapan urusan keluarga, termasuk suami tercinta dan anak-anak menjadi hal yang paling penting menyusup di hatiku, cieee ..... 

Perubahan setelah menikah

Baik, lanjut bentar ya kisahnya! Setelah menikah dan punya anak, aku tak lagi memiliki Me Time. Seluruh waktuku hanya terfokus untuk urusan keluarga dan anak. Aku sangat mencintai suami dan anak-anak, sampai tak terasa mungkin melebihi cintaku pada diri sendiri. Aku menganggap semua urusan menjadi tak begitu penting lagi selain berkaitan dengan keduanya.

Aku tak lagi membeli kosmetik, karena merasa sayang untuk membelinya, lebih baik buat nambah beli susu anak-anak. Akupun tak lagi rajin ber-make up karena pagi-pagi sudah harus mengurus dapur dan mempersiapkan sekolah anak. Siang hari, aku juga tak lagi punya kesempatan membaca buku karena membacakan buku cerita buat anakku lebih menyenangkan. Malam hari, aku tak lagi sempat mengoles pelembab, karena menemani anak dengan mendongeng hingga ia tertidur menurutku lebih bermanfaat. Kadang akupun tertidur lebih dahulu saat bercerita karena tubuh sudah menuntut untuk istirahat. Aku juga tak pernah lagi bertelepon ria dengan teman-teman, karena bercanda dengan suami di telepon menurutku lebih membahagiakan. Aku lebih memilih memastikan semua pekerjaan rumah beres ketimbang nyetatus atau ngobrol di medsos tentang hal yang menurutku nggak terlalu penting.

Hasilnya, penampilanku sangat berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, aku murni berdandan ala ibu rumah tangga yang hanya sibuk mengurus anak dan memasak. Pagi daster, siang daster, dan malampun juga daster. Ehmm …. itulah kostum "kebesaran" yang saya suka. *pakaian nyaman dan adem memang


Jadi perempuan itu harus selalu tampil cantik. Berpakaian bagus. Berdandan, memakai perhiasan, selalu wangi, dan menjaga penampilan.” Itulah pesan ibuku suatu ketika saat aku habis melahirkan anak ke dua.
Aku tak terlalu memperhatikan nasehatnya. Bahkan aku cenderung mengacuhkannya. Maaf, bukan berarti tidak menghargai nasehat ibu. Tapi kalau mau jujur lebih kepada ketidakmampuanku melakukannya.
Ups .... *bisa aja

Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya, coba bayangkan. Aku memiliki anak laki-laki yang masih sangat kecil. Anaknya aktif luar biasa. Sampai-sampai aku heran, bagaimana energy itu selalu ada dan nggak pernah ada habisnya. Mulai bangun tidur hingga menjelang tidur lagi ada saja yang dikerjakannya. Lari ke sana lari ke mari, ada saja yang diambilnya. Bahkan jika lolos perhatian, seringkali apa yang dilakukannya justru menambah pekerjaanku. Tak jarang seluruh isi almari tiba-tiba berpindah tempat, saat aku sibuk mengurus adiknya. Pakaian yang tadinya tersusun rapi, tiba-tiba berserakan di lantai. Sendok dan garpu berserakan di tempat tidur. Belum lagi pasta gigi dan sabun yang seringkali berceceran hingga ke dapur. Belum lagi kecap, mentega, atau minyak kayu putih dan bedakpun kadang menjadi masker kaca dan lantai. Hehmm … mana mungkin aku bisa berpakaian bagus jika sebentar-sebentar ganti, karena habis membersihkan kamar mandi dan mengepel lantai. Mana sempat aku berdandan, jika untuk menyuapi saja aku kadang harus menunda waktu shalat? Itulah peran baruku.

Bentar, mungkin ada yang bertanya, "Mengapa nggak mengambil asisten rumah tangga?". Pernah sih pakai jasa asisten. Tapi analisaku justru menambah beban pikiranku. Singkat ceritanya, nggak mudah memang mengajak orang lain berperilaku seperti yang kita harapkan saat menghadapi anak. Deal .... *lebih baik nggak pakai asisten
Lagian aku bahagia dan menikmatinya kok....

Waktu terus berjalan, akupun semakin asyik dan nyaman dengan kondisiku saat itu. Soal kebiasaan, soal penampilan. Aku tak pernah menggubris kata-kata orang, "Sekolah tinggi-tinggi kok cuma nggendong anak?". Nyantai aja, aku senang kok bisa memberikan yang terbaik buat suami dan anak-anakku. Tak juga merasa sakit hati manakala banyak yang menggunjing, "Dulu banyak cowok yang ngejar-ngejar. Sekarang setelah menikah nggak beda dengan pembantu". Sssstttt ..... *sirik lo

Nggak salah kok mereka ngomongnya demikian. Itu nyata, mereka bilang khan dari yang mereka lihat?


"Apa yang bisa kau lakukan untuk merubah image mereka tanpa mengubah peranmu?"


Kita simak dulu pengalaman lucu yang pernah saya alami.


Pengalaman Tak Terlupakan

Suatu ketika aku diundang teman dalam acara demo masak yang disponsori salah satu merk panci. Waktu itu anak pertamaku sudah sekolah. Jadi hanya anak keduaku yang ikut. Tak terjadi hal-hal aneh saat acara berlangsung. Beberapa ibu-ibu yang diundang juga menggendong anak, sama denganku.
 

Nah, pas mau pulang, tiba-tiba salah seorang wanita yang tadinya ikut memperagakan panci menghampiriku.
 

“Mbak, boleh minta alamat dan nomor telepon Ibunya?”, tanyanya antusias.
“Ibunya siapa? Saya maksudnya?”, Tanya saya tidak mengerti.
“Bukan nomor telepon mbak, tapi ibunya? Mbak pengasuhnya khan?”.   Alamak …… langsung speechless dech dibilang pengasuh.
"Ohya ini ... bla ... bla ... bla..." kuberi nomor teleponku dengan hati dongkol.
 

"Question for your self..... Tati!"

Nggak salah juga dengan penjual panci. Wajar dia punya persepsi demikian. Bagaimana seseorang menilai kita khan tergantung dari bagaimana kita berpenampilan khan? Betul nggak bund? Nah, intinya yang salah adalah aku sendiri. Aku tak berusaha membuat diri sendiri terlihat cantik dimata orang lain. Aku tak menunjukkan penampilan cantik sesuai peranku. Tapi aku tampil semauku.

Sejak saat itu aku mulai introspeksi diri. Apalagi saat mengingat usia yang semakin bertambah. Kembali aku berpikir, "Apa saja yang sudah aku perbuat hingga kini?". 


"Come on .... Tati, Usia Cantik sudah di depan mata, kau harus bisa berbuat sesuatu untuk dirimu!"

Aku mulai sadar bahwa pernikahan itu bukan berarti mengakiri segala aktivitas dengan dunia luar. Bukan berarti pula menutup segala bentuk komunikasi dan interaksi dengan orang di luar keluarga. Tapi mencari cara bagaimana menjadikan diri sendiri bisa menikmati hidup dan membuat hidup menjadi lebih berarti. "Selagi masih ada kessempatan, Ke depan aku harus lebih baik!", itulah tekadku.

Perlahan tapi pasti. Aku mulai mengubah management waktu. Aku evaluasi mana waktu yang tidak efektif dan efisien saat bersama anak-anak? Aku ubah strategi pendampingan anak. Mulai kusisipkan Me Time di sela-sela rutinitas pekerjaan rumah sehari-hari. Inilah awal aku memiliki buku harian (diary) lagi, tepatnya sejak menikah dan tak pernah kusentuh lagi. Kucatat hal-hal menarik yang terjadi sehari-hari berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Ku abadikan dengan kamera, dan kucatat setiap step by step kreasi yang kubuat bersama anak-anak. Saat mendongeng menghantarkanya tidur taklupa kucatat cerita demi cerita yang sering kukarang sendiri.

Alhamdulillah .... dari diary tersebut terbit beberapa buku, dan juga menghiasi content web salah satu produk susu terkenal.


www.bundasugi.com
Buku yang kutulis berdasarkan pengalaman menghadapi anak
 
www.bundasugi.com
Berkreasi bersama anak, bisa jadi buku


Aku mulai menekuni hobby lama yang sempat terabaikan, yaitu menulis. Perlahan tapi pasti, mulai kuikuti berbagai lomba menulis. Aku tak pernah menghitung berapa jumlah kegagalanku dalam perlombaan. Tapi aku tetap saja menulis dan menulis.

Lagi-lagi aku bersykur Alhamdulillah, kuterima sebuah berkah keuletan. Aku bisa memenangkan beberapa perlombaan menulis.

Lalu kemampuan menulis mulai kutuangkan dalam blog. Ini sebagai sarana atas cita-citaku ingin menularkan hobby menulis pada ibu-ibu yang lain. Selain itu aku juga ingin sharing tentang pengetahuan yang kudapat dari berbagai sumber dengan harapan bisa bermanfaat bagi orang lain.

Dan diluar dugaan, ternyata berkah ngblog dengan misi berbagi dapat memberikan banyak kebaikan. Bagiku ini sebuah amunisi yang luar biasa. Dan dari sinilah cerita yang menghantarkanku menjadi seorang blogger, writer, editor, dan crafter.

 


Memasuki usia cantik

Kini usiaku sudah memasuki Usia Cantik, yaitu rentang usia sudah di atas 35 tahun. Menurut beberapa cerita, kebanyakan dari wanita merasa takut memasuki usia ini. Usia cantik, oleh sebagian wanita dianggap sebagai fase kemunduran. Memang secara biologis, hormon penunjang kecantikan pada tubuh mulai berkuran. Tubuh menjadi berkurang kekuatannya, tidak langsing, kekencangan kulit mulai mengendor, timbul kerutan pada sekitar wajah, rambut tumbuh uban, dan hilangnya pergaulan dengan teman. 

Secara fisik, mungkin yang dialami semua wanita adalah sama saat memasuki usia cantik. Dan hal ini wajar adanya. Namun, semua ini hendaknya tidak mengurangi bentuk penghargaan kita pada diri sendiri. Jika secara fisik atau biologis kita harus menerima perubahan ini, namun secara psikis kita harus mempersiapkannya dan berusaha membangunnya. Yaitu menumbuhkan bentuk menghargai dan mencintai tubuh atau diri sendiri. 

Akupun demikian. Tak terlalu berpikir tentang keriputnya kulit. Tak pusing juga memkirkan perubahan warna rambut. Tapi berusaha melakukan hal yang berarti agar hidup menjadi terasa lebih berarti. Intinya, pergunakan waktu semaksimal mungkin demi memperbaiki diri menjadi lebih baik. Bismillah ....

Banyak hal yang membuatku menjadi lebih berarti dalam hidup selain buat diri sendiri. Aku bisa berbagi ilmu menulis dengan teman-teman. Aku bisa mengajarkan aneka keterampilan buat orang-orang sekelilingku. Aku bisa memotivasi dan menginspirasi seluruh wanita yang masih memiliki pola pikir lama sepertiku dulu.

Saat acara gathering blogger aku juga bisa bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman dengan berbagai latar belakang ilmu yang berbeda. Kitapun bisa saling menginspirasi.


Di kampus MEC. Menularkan semangat menulis dan berkreasi


Bersama sesama wali murid. Mengajarkan merajut bagi ibu-ibu
Semua aktivitas bermanfaat dan menyenangkan ini membawaku pada pola pemikiran yang lebih baik. Bahwa hidup itu akan terasa indah saat kita bisa berkontribusi buat yang lainnya. Bahwa hidup itu akan terasa lebih bahagia saat kita bisa berada diantara orang-orang yang bisa menjadi tim kita. Dan hidup itu akan terasa menyenangkan saat kita bisa berbuat sesuatu yang tidak terpikirkan oleh orang lain, dan kita mampu menginspirasinya.

Apa yang kulakukan diusia cantik?

Dari sini kutahu makna cantik yang sebenarnya. Bahwa cantik itu bukan hanya pada mereka yang memiliki tubuh tinggi semampai. Bukan pula hanya pada mereka yang memiliki leher jenjang, hidung mancung, bentuk bibir sensual, serta segala bentuk kelebihan fisik lainnya.


Akan tetapi, Cantik hakiki lebih didambakan wanita daripada cantik secara fisik. Wanita yang mampu bermetamorfosis dan berrevolusi menjadi lebih baik dari kehidupan sebelumnya, berarti mereka berubah menjadi cantik. Jadi cantik itu adalah bagaimana seorang wanita bisa menikmati hidupnya, baik secara fisik, spiritual, kehidupan sosial, keluarga, serta bagaimana menjadi lebih baik pada peran yang dijalaninya.  
 
www.bundasugi.com
Bersama blogger saling menginspirasi


Semua wanita bisa terlihat cantik dan menarik. Saat wanita tersebut bisa mengeksistensikan segala kemampuan dan kelebihannya. Saat ia bisa aktraktif menggiring orang lain untuk bisa terinspirasi dengan apa yang ia lakukan, sehingga orang lain akan memuji: "Cantik!". Ketika seseorang yang hobby memasak, lalu sharing resep yang disertai foto, dan orang lain terinspirasi masakannya. Ketika seseorang yang memiliki kemampuan membuat suatu karya seni, lalu orang lain mengaguminya. Dan ketika seseorang sharing tentang pemikiran unik yang tidak dimiliki orang lain, dan ia mampu membuat pembacanya manggut-manggut, lalu berkata, "O ... seperti itu?". Itulah cantik.


Berkaitan dengan Cantik, berikut tips Tampil Cantik di Usia Cantik ala aku:

💗 Merawat kulit


Meski bukan hal utama, tapi ini perlu menjadi perhatian. Karena merawat kulit juga berkaitan dengan menjaga kesehatan kulit itu sendiri. Siapa sich yang nggak ingin sehat? Ciri kulit sehat adalah bersih dan terlihat kekenyalannya. Dari kekenyalan inilah dapat dianalisa apakah kulit sudah cukup terpenuhi nutrisinya apa belum. Caranya: lakukan secara rutin pembersihan kulit. Lalu jangan lupa mengoleskan cream pelembab untuk mengurangi kerutan atau penuaan dini pada kulit akibat pengaruh cuaca maupun usia. Contohnya: L’Oreal Revitalift Dermalift kosmetik dari Loreal, atau bisa dengan merk lain yang sesuai dengan jenis kulit kita.

Hal yang perlu diperhatikan adalah konsumsi makanan bergizi yang memiliki banyak vitamin yang bermanfaat bagi kulit.

Lakukan olah raga secara teratur. karena dengan olah raga kulit akan melakukan sekresi dengan lebih baik. ini berguna untuk mengeluarkan racun-racun yang tidak berguna bagi tubuh.

💗  Menjaga Penampilan


Maksudnya adalah menyesuaikan apa yang kita kenakan agar tampil serasi. Sesuatu yang serasi maka akan enak untuk di pandang mata. Ini berkaitan dengan padu padan kosmetik, termasuk bedak, lipstik, dan blush on bila perlu. Selain itu aksesoris penunjang penampilan juga harus diperhatikan, seperti: model, bahan dan warna jilbab, sebaiknya serasi dengan pakaian yang kita kenakan. 

Tak lupa menyesuaikan suasana dimana dan kapan kita memakainya. Karena pakaian formal dan non formal tentunya akan berbeda pula dari sisi bahannya. Begitu pula dengan saat kapan pakaian kita kenakan, misalnya: siang atau malam? Mungkin kalau siang kita sebaiknya memakai pakaian yang berbahan katun, sementara kalau malam kita sebaiknya mamakai pakaian dari bahan yang memberikan rasa hangat.

💗 Pandai mengatur waktu


Jangan terlena dengan kesenangan yang nggak jelas. Pandai-pandailah mengatur waktu, bahwa ada beberapa hal yang kita harus kerjakan berdasarkan skala prioritas. Bukan tentang mana yang paling mudah. Akan tetapi lebih pada mana yang lebih penting dari segi manfaat. Contohnya: membalas komentar teman atau menulis status di facebook itu perlu. Tapi akan lebih baik bila kita dahulukan menulis artikel di blog, atau membereskan pekerjaan rumah terlebih dahulu. 

Alasannya: jika kita memilih nytatus di facebook, maka yang kita dapat nggak terlalu banyak selain bisa tersenyum-senyum karena membaca balasan balik dari teman. Namun jika menulis di blog, apa yang kita share akan memberikan manfaat pada seluruh dunia, dalam jangka panjang. Dan jika membereskan rumah terlebih dahulu, maka kita akan lebih tenang dan nyaman saat facebookan karena tugas sudah beres.

Baik mungkin itu saja yang bisa kusampaikan, semoga bermanfaat!

Salam cantik!




 

Tulisan ini diikutkan lomba menulis blog 

“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

21 comments:

  1. Setelah menikah beberapa bulan lalu aku jg cenderung jd cuek banget sama penampilan mbak, termasuk sama wajah. Harusnya gak boleh gitu ya :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, harus tetap punya me time yang harus disisihkan

      Delete
  2. mba Sugi prestasinya banyak banget, semoga di usia cantik makin banyak lagi prestasinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin ...
      btw, aku masih belum apa-apa mbak. Masih harus belajar banyak hal

      Delete
  3. salam kenal Mba, duh jadi ingat awal perubahan fungsi ketika baru nikah

    ReplyDelete
    Replies
    1. perubahan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya ya ... Tapi pernikahan juga merubah diri kita menjadi lebih baik kok ya. Jadi impas dech

      Delete
  4. Wow ada dirikuu hahaha.. iya mbak skala prioritas berinternet itu susah komitmennya. Mau ngerjain target malah browsing2 timeline wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha ... iya mbak aku suka foto kita itu. Kelihatan semangatnya, berasa masih umur 17-an, wkwkwkkkk ...

      Soal ngnet sama, aku juga kadang gitu mbak

      Delete
  5. Sukses terus Mbak :) Kalau main ke toko buku sering lihat buku2 karya Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiin ... makasih mbak Heni. Iya kah mbak Heni? senang mendengar kabar buku masih mejeng di tobuk

      Delete
  6. Makin usia cantik, makin produktif dan makin menginspirasi ya Mbk, keren sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ... Menginspirasi. terimakasih mbak Naqi.
      btw, mbak naqi juga keren lho ...

      Delete
  7. Belum kebayang sih kalo nanti pny anak, skrg aja aku dandan kalo keluar doang. Itu jg cmn bedak, sm lipstik.

    Tp nasehat orang tua bener adanya, menjaga penampilan. Selain suami seneng ngeliat jg spy lebih menghargai diri sendiri :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha ... memang harus pinter menejemen waktunya mbak kalo udah punya anak.

      Delete
  8. Pas punya anak, waktu memang sulit sekali mbak ngaturnya. Bahkan kita serasa nggak punya wewenang ngatur, karena kita yang akan menyesuaikannya dengan kepentingan anak, hehe ... Tapi itu individual sich, kalau kita pintar menejemennya, maka kita juga punya kok me time.

    Betul, menjaga penampilan. sekaligus salah satu cara mencintai diri sendiri, sebagai bentuk rasa bersyukur kita pada Yang Maha Pencipta, *pesan ustad ...

    ReplyDelete
  9. menginspirasi sekali mbk ini, saya boleh nanya gak mbk ? mbk ngeblog itu pas waktu yang bagaimana ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah.
      Kalau saya ngblognya, saat anak-anak sekolah habis beberes rumah. Atau waktu malam, saat semua sudah tidur. Ini waktu paling enak, nggak ada yang ngganggu, hhehe...

      Delete
  10. wah artikelnya bagus nih mbak, mungkin mbak menghabiskan 2000 karakter lebih nih, hebat .
    mba senang nulis ya mbak, sya aja susah sekali menulis artikel seperti ini . hebat mbak ini

    ReplyDelete
  11. Makasih ....
    Mengerjakan sesuatu yang disenangi itu nggak terasa mas. Mengalir begitu saja

    ReplyDelete

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.