Perilaku manusia, selalu mengalami perubahan terkait dengan tuntutan zaman. Seperti halnya yang terjadi di Negara-negara lain, Indonesiapun demikian. Sebuah data mengungkapkan bahwa dalam 30 tahun terakhir terjadi perubahan pola penyakit terkait dengan perilaku manusia. Penyebab terbesar penyakit dan kematian adalah: penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular contohnya: Infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis dan diare.
Sementara penyakit tidak menular disebabkan oleh: tekanan darah tinggi, stroke, jantung, kanker, dan kencing manis.
Berikut beberapa aktivitas yang dapat menyebabkan penyakit tidak menular adalah:
- Kurangnya aktivitas fisik
- Kurangnya komsumsi buah-buahan dan sayuran
- Minum alcohol
- Merokok
- Buang air besar sembarangan
Seperti yang telah disampaikan oleh bapak drg. Oscar Primadi (Biro Komunikasi dan Layanan Kesehatan Masyarakat ) dalam sebuah Temu Blogger Kesehatan bersama Kementerian Kesehatan. Acara yang mengambil tema “Menuju Indonesia Sehat” ini berlangsung pada tanggal 1 Desember 2016, bertepatan dengan peringatan Hari AIDS sedunia, di Hotel Tunjungan Surabaya.
Temu blogger kesehatan bersama Kemenkes RI, di Hotel Tunjungan |
Menurutnya bahwa penyakit tidak menular harus dicegah, yaitu melalui: GERMAS yang disingkat dari kata Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Gerakan inilah yang sedang dikampayekan oleh kementerian kesehatan sebagaimana tema yang digelar pada peringatan Hari AIDS Sedunia di tahun 2016 ini.
“Mari Kita Berubah, Masa Depan Gemilang Tanpa Penularan HIV”. Pengambilan tema ini sebagai upaya Pemerintah bersama masyarakat untuk mengutamakan promotif dan preventif dalam Pembangunan Kesehatan. Termasuk upaya Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS.
GERMAS hendaknya dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Caranya dengan menerapkan pola hidup sehat dalam kenidupan sehari-hari pada Individu, keluarga, dan masyarakat.
Lalu menggerakkan institusi dan organisasi terkait. Antara lain: akademisi, dunia usaha, dan organisasi masyarakat. Selain itu lebih penting lagi adalah dukungan pemerintah pusat serta daerah dalam menyediakan: kurikulum penddikan, fasilitas olah raga, ketersediaan sayur dan buah-buahan, adanya fasilitas kesehatan, fasilitas transportasi, dibangunnya kawasan bebas rokok, lalu taman untuk beraktivitas, biro layanan masyarakat, car free day, dan sebagainya.
Epidemi HIV AIDS Nasional
Materi ini disampaikan oleh dr. Wiendra Waworuntu, M. Kes (Direktur P2PML, Kemenkes RI). Bahwa situasi epidemic HIV AIDS nasional saat ini menuntut adanya kebijakan program pencegahan dan pengendalian tersebarnya HIV – AIDS.
HIV diambil dari istilah Human yang berarti manusia, lalu Immunodeficiency yaitu karena menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh gagal melawan infeksi. Dan V diambil dari kata Virus, yaitu virus yang hanya terdapat di dalam tubuh manusia dan menyebabkan turunnya kekebalan tubuh. Jadi tubuh gagal melawan infeksi.
AIDS diambil dari kata Acquired (didapat atau ditularkan oleh orang lain), Immune (kekebalan tubuh), Deficiency (Penurunan atau kekurangan), Syndrome (kumpulan gejala). Artinya kumpulan gejala (infeksi opotunistik) yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh akibat tertular virus HIV dari orang lain.
Menurut data terungkap bahwa penderita HIV hingga Desember 2015 telah mencapai 191.073 orang yang terinfeksi HIV di Indonesia. Wow …. Ini sebuah angka yang luar biasa. Karena ternyata penderita HIV
AIDS di Indonesia cukup banyak. Dan Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan kasus HIV tinggi, bersama dengan provinsi DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Jumlah kasus AIDS tertinggi adalah pada ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 10.626 orang. Sementara tenaga non professional atau karyawan sebanyak 9.603 orang. Wiraswasta sebanyak 9.439 orang, petani/ peternak/ nelayan sebanyak 3.674 orang, buruh kasar 3.191 orang, PSK atau penjaja seks sebanyak 2.578 orang, lalu PNS 1.819 orang, dan anak sekolah atau mahasiswa sebanyak 1.764 orang.
Berdasarkan data – data ini kemenkes membuat strategi pencegahan dan pengendalian HIV AIDS yang difokuskan pada pendekatan keluarga dan masyarakat.
Penularan HIV dapat terjadi karena 3 sebab:
- Hubungan seks tidak aman. Yaitu bisa heteroseksual atau homoseksual.
- Darah. Yaitu melalui: tranfusi darah atau jarum suntik yang tercemar.
- Ibu ke bayi. Yaitu: melalui proses kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Cara tes HIV
Pertama-tama pasien akan mendapat layanan konseling yang dilakukan oleh seorang konselor terlatih (sekitar 10 – 15 menit). Lalu dari konselor tersebut akan memberi rujukan perlu dilakukan tes atau tidak. Bila memang dianjurkan tes, maka petugas akan segera melakukan tes, yang sebelumnya pasien akan diminta untuk menandatangani persetujuan atau menolak untuk tes HIV. Selanjutnya akan dilakukan tes dengan cara pengambilan darah pasien.
Tak perlu khawatir dengan tes HIV, karena Konselor atau petugas kesehatan akan menjaga kerahasiaan pribadi anda. Hasil tes HIV (negative atau positif) akan diberikan langsung kepada anda oleh orang yang sama.
Bagaimana pengobatan pada ODHA?
ODHA (orang dengan HIV AIDS) harus mendapatkan penanganan langsung. Lebih cepat penanganannya, maka besar kemungkinan proses penyembuhannya juga lebih cepat.
Untuk pengobatan pada ODHA dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: secara medis maupun secara alami.
Untuk perawatan secara medis biasanya dilakukan dengan:
👉 Terapi Anti Retroviral, biasa disebut dengan ART (Anti Retroviral Therapy).
Obat ini bekerja dengan cara menghambat perkembangan virus, sehingga bisa memberikan harapan hidup yang lebih panjang pada pasien. Melihat cara kerjanya obat ini tidak bisa menyembuhkan, akan tetapi hanya memperlambat perkembangan virus itu sendiri. Untuk ibu hamil penggunaan obat ini tidak dianjurkan, karena beresiko virus akan menular ke janin. Pemakaian obat ini akan menimbulkan efek kepala pusing, mual, gangguan tidur, dan efek psikis lainnya.
👉 Obat Anti Retroviral
ARV adalah jenis obat yang dikembangkan dengan tujuan untuk menghentikan kerusakan sel dalam tubuh akibat HIV. Cara pengobatan ini bisa digunakan dengan tujuan untuk memperkuat system kekebalan tubuh, sehingga dapat menghindari terjadinya kerusakan sel tubuh yang lebih parah lagi. Pemakaian obat ini dibutuhkan seumur hidup bagi penderita HIV AIDS. Karena jika pengobatan dihentikan, maka tubuh akan lebih resisten terhadap virus. Namun sayangnya obat ini memiliki efek samping yang membahayakan, diantaranya: kerusakan hati, ginjal, infeksi paru-paru, infeksi pankreas, infeksi saluran pencernaan, Pneumonia, kanker, kerusakan syaraf, serta gejala-gejala lainnya, seperti: gatal, mual, sakit kepala, daya tahan tubuh menurun, flu, demam, diare, dan sebagainya.
👉 Obat ARV untuk Ibu Hamil
Ibu hamil yang menderita HIV membutuhkan obat ARV, karena obat ini dapat mencegah penularan virus ke janin dalam kandungan. Karena jika tidak, maka kemungkinan besar janin akan tertular virus, sehingga bayi yang terlahir menjadi terinfeksi HIV. Selain itu bagi ibu yang terinfeksi HIV, dianjurkan untuk melahirkan secara cesar dan juga dilarang menyusui bayinya. Hal ini untuk mencegah bayi tertular virus tersebut.
Dalam Kampanye Peduli HIV AIDS ini, Menkes mengajak masyarakat melakukan gerakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang HIV AIDS. Antara lain: menghimbau agar masyarakat berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penularan HIV. Selain itu juga sosialisasi guna menumbuhkan kesadaran tentang perlunya tes HIV untuk semua orang, serta perlahan menghilangkan stigma untuk penderita HIV yang selama ini kurang bisa diterima di lingkungan masyarakat.
“Kami berharap dan menyampaikan ajakan pada semua masyarakat untuk tidak ragu-ragu maupun takut dalam melakukan Tes HIV, tidak melakukan diskriminasi maupun stigma pada orang yang melakukan tes HIV; dan tidak menstigma orang yang terinfeksi HIV, dikarenakan semua orang berpeluang untuk terinfeksi HIV”, imbuh Ibu Wiendra menutup penjelasannya.
Sebagai kesimpulan, Menkes berharap untuk ke depannya, agar terwujud jaminan kesehatan semesta bagi seluruh penduduk Indonesia, termasuk mereka yang terinfeksi HIV. Harapannya masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan secara komprehensif dan bermutu. Memberikan pelayanan publik yang bebas dari diskriminasi dan sigmatisasi tanpa memandang asal-usul, budaya, agama atau tingkat sosial ekonominya.
Sehingga untuk ke depan, di tahun 2020 Indonesia sudah meng-eliminasi 3 penyakit: HIV, Sipilis, dan hepatitis pada bayi. Selanjutnya di tahun 2027 sudah tercapai target 90% keberhasilan mencapai Tripel Eliminasi pada ketiga penyakit tersebut. Sehingga di tahun 2030 sudah menduduki angka “Zero”.
Selamat Hari AIDS Sedunia, “Mari Kita Berubah, Masa Depan Gemilang Tanpa Penularan HIV”
Jauhi sakitnya bukan orangnya.., tp trkadang dilema, utk menjalin silaturahim dgn odha masih banyak yg takut.. ^.^
ReplyDeletebetul mbak. tapi setelah kita tahu ODHA itu bagaimana, minimal kita harus bisalah memerangi rasa takut
DeletePerlu kesadaran yah mbak. Kadang niatnya ada, tapi aksinya yang susah. Aku dulu nyiapin sepatu, kaus kaki nyetok lebih dari dua, niatnya tiap pagi lari2 habis subuh, eh cuam tiga kali saja, habis itu enggak, hhii. Tapi ini penting mbak, jadi dorongan biar lebih giat luangkan waktu berolahraga. Makasih mbak sharingnya ;)
ReplyDeletesama-sama ...
DeleteSemoga zero 3 benar-benar bisa terwujud ya Mbak, butuh kerjasama berbagai pihak untuk mewujudkannya
ReplyDeleteiya bu, saya juga berharap demikian
DeletePemerintah cuma bisa mendorong masyarakat untuk GERMAS, selebihnya tergantung individu itu sendiri mau atau tidak..
ReplyDeleteSemoga usaha pemerintah untuk mencapai 3 zero itu berhasil
betul mbak, usaha dari kita juga yangg termasuk bagian dari masyarakat. semoga berhasil
DeleteBerharap HIV tak lagi menyebar dan berkembang di dunia
ReplyDeleteAmiin ..
DeleteSemoga HIV cepat tertangani...,, Kami turut prihatin terhadap berkembangnya penyakit ini..
ReplyDeleteMemang ketika tahu seseorang itu ODHa takut juga mendekati, meskipun sudah paham pintu2 penularan
ReplyDeleteIya mbak, namanya penyakit. Kita juga harus jaga-jaga
DeleteSemoga programnya bisa sukses ya
ReplyDeleteAmiinn..
DeleteAmiin..
Delete