Pembahasan tentang merokok bisa menyebabkan stunting adalah temuan yang didapat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI). Dan hasil dari penelitian tersebut membuktikan, bahwa konsumsi rokok pada orang tua dapat mengakibatkan anak stunting.
Selain itu, Penelitian
terhadap data sepanjang 1997 – 2014 dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) menunjukkan perilaku merokok telah berdampak pada kondisi stunting anak-anak mereka, yang terlihat pada tinggi dan berat badan.
Rabu 25 Juli lalu dikupas tentang pengaruh merokok sekaligus mengkampanyekan #RokokHarusMahal, oleh Dr. Bernie Endyarni Medise,SpAK MPH (Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI), dan Teguh Dartanto, PhD (Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia), di #RuangPublikKBR. Talkshow dilakukan streaming yang bisa di dengarkan di radio-radio jaringan KBR di Nusantara. Di Jakarta bisa didengar di @PowerFM892 . Streaming KBR.id / KBR apps. Atau tonton di LIVE FB Kantor Berita Radio-KBR.
Pembahasan tentang perilaku merokok yang dikaitkan dengan stunting, akan menstimulasi otak kita untuk bertanya.
"Bagaimana mencegahnya?
Dan dengan harga rokok yang sekarang masih bisa dijangkau oleh keluarga miskin, bisakah kita tukar dengan apa saja untuk memenuhi gizi anak-anak?"
Baik, sebelum kita membahas lebih jauh tentang merokok dan stunting, marilah kita mengamati hasil penelitian terlebih dahulu.
Sebuah penelitian dilakukan dalam kurun waktu 2007 – 2014. Responden yang diteliti dari berbagai kalangan, dengan criteria sama, yaitu orang tua perokok. Penelitian dilakukan dengan memantau pada setiap keluarga perokok terhadap perkembangan anak, yang meliputi: berat badan, tinggi badan, dan perkembangan secara kognitif pada anak.
Hasil yang ditemukan sungguh luar biasa
Data membuktikan bahwa berat badan pada anak yang orang tuanya perokok memiliki berat badan 1,5 kg lebih rendah dari orang tua yang tidak perokok. Dari data yang ada ditemukan bahwa anak dari orang tua yang perokok memiliki tinggi badan 0,34 cm lebih rendah dibandingkan orang tua yang tidak perokok.
Mari kita gali lebih dalam, mengapa ini bisa terjadi? Terlebih dahulu kita akan membahasnya secara kedokteran dan pespek tif ekonomi.
Pertama
Ada fakta yang menarik bahwa selama 21 tahun dari 1993 – 2014 terjadi peningkatan terhadap pengeluaran rokok. Yaitu dari 3,6% menjadi 5,6 % terjadi peningkatan terhadap pengeluaran rumah tangga. Jadi terjadi peningkatan sebanyak 2 % terhadap pengeluaran rumah tangga oleh karena adanya peningkatan perilaku merokok. Dan ironisnya , kenaikan pengeluaran rumah tangga ini tidak dibarengi peningkatan pembelanjaan terhadap kebutuhan pokok. Akan tetapi justru terjadi penurunan terhadap pengeluaran pembelanjaan makanan.
Tidak terbeli, karena uang digunakan beli rokok |
Kekurangan akan asupan protein dalam tubuh bisa mengakibatkan anak kekurangan zat gizi. Inilah penyebab utama anak menjadi stunting.
Dan berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada orang tua yang perokok berat lebih menunjukkan anak-anak terjadi stunting, dibandingkan dari anak-anak dari keluarga yang tidak perokok.
Ke Dua
Adanya isu kecerdasan. Bahwa pada anak yang stunting akan memiliki kecenderungan kecerdasannya rendah. Dan ini real.
Sebetulnya permasalahannya bukan hanya terhadap isu yang berkaitan dengan keluarga miskin, atau anak stunting. Tapi lebih luas lagi yaitu tentang masa depan bangsa. Dimana jika kecerdasan bangsa rendah, maka masa depan ini mau dibawa kemana? Kalau selama 20 tahun yang sudah terjadi saja seperti ini, maka the next day akan seperti apa 20 tahun yang akan datang? Tentu saja akan berakibat buruk jika hal ini tidak segera ditindak mengupayakan mencegah atau mengurnginya. Karena dengan kondisi kerdil secara fisik, maka akan kerdil juga secara mental atau kecerdasan.
Dampak merokok
Stunting
Perawakannya pendek. Akan tetapi sebetulnya permasalahannya bukan hanya karena perawakan yang pendek tetapi adanya mal nutrisi yang kronis, ditambah lagi bapaknya atau orang tuanya atau anggota keluarga merokok. Sehingga ia akan mengganggu baik itu segi fisik (tinggi badan), perkembangan otak, dan anak akan mudah mengalami sakit. Dan kita tau bahwa perkembangan otak sangat pesat itu terjadi di awal-awal kehidupan. Sebetulnya ini yang menjadi cakupan devinisi stunting, yang ternyata lebih jauh mengarah pada fungsi secara kognitifnya.
Mempengaruhi Perkembangan Sejak dalam Kandungan
Asap rokok yang terhirup oleh orang lain (anggota keluarga), terutama yang sedang mengandung, akan berpengaruh terhadap kondisi janinnya. Terutama pada 1000 hari HPK, yaitu 9 bulan dalam kandungan ditambah 2 tahun setelah lahir.
Sumber gambr. merdeka.com |
Perokok Pasif
First hand smokers adalah dampak merokok terhadap perokok itu sendiri. Dimana seseorang yang merokok, maka ia sendiri yang akan terkena dampaknya dari asap rokonya.
Second Hand Smokers adalah dampak rokok yang disebabkan dari orang lain/ lingkungan. Yaitu meski seseorang tidak merokok, namun berada lingkungan yang ada asap rokoknya, maka orang tersebut tetap akan terkena dampaknya meski ia sendiri bukan perokok. Ini yang disebut perokok pasif.
Third Hand Smokers adalah dampak yang tidak langsung. Terjadinya adalah bahwa asap rokok akan bertahan dalam ruangan selama kurang lebih 3 jam. Nah, pada saat itu asap yang didalamnya mengandung banyak racun akan menempel pada benda-benda apa saja disekelilingnya, seperti: baju, gordin, kayu, tembok, maupun peralatan rumah tangga lainnya.
Ada zat gizi yang akan terpengaruh penyerapannya oleh karena asap rokok. Saat seseorang terhirup asap rokok, maka asap akan masuk ke dalam tubuh lalu akan ikut masuk pula ke dalam aliran darah dan lainnya. Dan ini yang akan bisa mengganggu terhadap penyerapan zat gizi tersebut.
Mengingat bahaya dari rokok begitu besarnya, maka sebagai bentuk dari mencintai kesehatan diri sendiri dan keluarga hindarilah merokok sekarang juga. Diri kita adalah bagian dari keluarga kita, dan keluarga kita adalah generasi penerus bangsa. Mencintai diri sendiri dengan menghindari merokok akan menyelamatkan bangsa dari pengaruh rokok yaitu anak stunting dan penurunan kesehatan mental.
Oleh karenanya, adalah kampanye yang bagus dengan, "Rokok Harus Mahal". Dengan harga rokok yang mahal diharapkan dari keluarga miskin tidak lagi membeli rokok. Dan alokasi anggaran belanja rokok dialihkan untuk membeli makanan yang bergizi. Dengan begitu diharapkan tidak ada lagi anak stunting setelah ini. Dan Bangsa Indonesia menjadi meningkat dalam hal kecerdasan secara mental maupun intelektual. Semoga!
Saya setuju banget. Supaya perokok itu bisa mikir, uang yang dia bakar lebih baik jika dialihkan untuk kebutuhan keluarga yang lebih penting. Lagian merokok lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya :(
ReplyDeleteiya mbak ... sepakat
Delete