Monday, 5 November 2018
Cara Mengatasi Alergi Pada Bayi
Sebagian bayi sering mengalami alergi. Umumnya alergi yang dialami oleh bayi adalah alergi susu sapi, alergi ikan laut, dan alergi debu. Kali ini saya akan membahas tentang alergi susu. Karena susu formula yang seringkali dijadikan sebagai pengganti ASI kebanyakan memang terbuat dari susu sapi. Biasanya susu sapi merupakan makanan pendamping pertama saat bayi tidak lagi minum ASI.
Timbulnya Alergi susu sapi pada bayi sering disebabkan adanya kelainan pada sistem
organ tubuh. Dimana tubuh mengalami reaksi imunologi yang timbul sesaat setelah seorang anak mengkonsumsi produk yang berasal dari susu sapi. Bagi bayi noemal, mengkonsumsi susu sapi tidak bereaksi apa-apa, namun bagi yang memiliki riwayat alergi, maka tubuh akan menunjukkan berbagai reaksi setelah mengkonsumsinya.
Alergi pada dasarnya bukan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun kuman. Akan tetapi timbul karena kekebalan dari sistem tubuh pada bayi yang belum berkembang secara sempurna. Terutama pada saluran pencernaannya. Protein pada susu sapi bisa dibilang sebagai protein pertama yang masuk dalam tubuh bayi. Sehingga tubuh cenderung menolak, dan menganggapnya sebagai sesuatu yang asing.
Protein yang terkandung dalam susu sapi seringkali bersifat alergen terhadap anak dengan berbagai reaksi. Alergi yang timbul secara umum hampir sama dengan gejala yang ditimbulkan oleh karena makanan lain. Reaksi bisa berupa alergi pada kulit, saluran pencernaan serta saluran pernapasan.
Alergi pada kulit biasanya ditunjukkan dengan gejala gatal-gatal pada kulit, bintik-bintik merah, atau biang keringat. Sedangkan pada saluran pernapasan, alergi biasanya ditandai dengan bersin-bersin, hidung terasa gatal, batuk, pilek hingga sesak napas. Dan pada saluran pencernaan alergi bisa muncul dengan gejala muntah-muntah, perut kembung yang bisa berakibat munculnya diare.
Reaksi alergi kadang sulit dibedakan dengan gejala penyakit lain, terutama alergi pada saluran pencernaan dan pernapasan. Karena gejalanya hampir sama dengan gejala pada penderita flu, dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Bedanya jika pada penderita alergi, gejala akan sembuh bila penyebab alergi dihindari. Dan akan kambuh lagi bila bayi mengkonsumsi makanan atau minuman penyebab alergi.
Cara mengatasinya adalah dengan tindakan pencegahan sedini mungkin. Saat anak diketahui mengalami alergi sebaiknya jangan diberikan lagi susu penyebab alergi. Karena jika berlanjut, alergi bisa menjadi lebih parah dan dapat menyebabkan alergi pada makanan lainnya. Pencegahan alergi pada susu sapi bisa dilakukan sejak bayi masih dalam kandungan (prenatal). Cara mengetahuinya bisa dilakukakan pemeriksaan IgE specifik dalam serum atau darah tali pusat. Dan seorang ibu harus menghindari jenis makanan yang dapat menyebabkan alergi selama kehamilan.
Jika alergi terjadi pada bayi usia 0 – 3 tahun, maka alergi bisa dicegah dengan memberikan ASI ekslusif. Karena pemberian ASI ekslusif terbukti mampu menurunkan resiko alergi pada bayi. Selain itu ibu menyusui harus diet makanan penyebab alergi. Namun, jika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI, sebaiknya susu diganti dengan susu yang berasal dari protein lemak nabati. Contohnya susu dengan kandungan protein kedelai. Selain itu pemberian imunomodulator (peningkatan kekebalan tubuh) dan asupan probiotik juga dapat menurunkan resiko alergi.
Untuk mengobati gejala yang ditimbulkan alergi sendiri adalah:
1. Jika alergi muncul gejala pada kulit, seperti merah dan bentol-bentol, maka sebaiknya bubuhkan bedah talk pada kulit yang memerah. Sedapat mungkin hindari menggaruknya. Bisa juga menggunakan sabun cair yang mengandung antiseptik, contoh: lactacyd. Sabun ini akan mengurangi rasa gatal, atau bisa juga dengan cream yang bisa dibeli di apotek.
2. Jika alergi pada saluran pernapasan, sebaiknya anak ditempatkan ditempat dengan sirkulasi udara yang bagus. Tetap berikan asupan nutrisi yang cukup, agar jondisi lekas pulih.
3. Hindari pencetus alergi.
Demikian sharing saya mengenai alergi, semoga bermanfaat@!
Category:
Healthy
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.