Susu kental manis, siapa sich yang nggak kenal produk ini? Hampir semua kalangan mengenalnya. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa pastis pernah mengkonsumsinya.
Bagaimanapun juga produk ini sering dipakai sebagai topping di hampir semua resep kue. Rasanya yang manis legit, serta teksturnya yang kental sangat cocok untuk tambahan topping maupun adonan. Mau bikin pudding, pukis, terangbulan, dan sejenisnya akan semakin enak jika ditambahkan susu kental manis. Tak cuma kue saja, minumanpun juga tak luput dari campuran produk ini.
Bukan tanpa alasan mengapa kita menganggap produk ini serasa harus ada hampir disetiap olahan makanan? Alasannya
adalah karena kebanyakan dari kita memiliki persepsi bahwa produk tersebut adalah susu, sehingga akan sangat bagus bila ditambahkan dalam campuran olahan makanan. Toh hasilnya makanan atau minuman akan semakin enak, iya khan?Namun akan berbeda ketika produk tersebut dikonsumsi anak-anak yang ironisnya dijadikan sebagai pengganti susu. Padahal untuk anak-anak, terutama balita memang dianjurkan untuk memaksimalkan asupan gizi dengan mengkonsumsi susu setiap hari. Lalu bagaimana jika yang dianggap sebagai susu tersebut ternyata bukan susu? Dimana tidak jarang ketika anak-anak tidak begitu berselera makan, lalu diberikan minuman “susu” dengan harapan bisa memenuhi kebutuhan gizinya, dan ternyata yang dikonsumsi bukan susu?
Dan akupun meyakininya bahwa itu juga susu. Sama seperti yang dibelikan bapak.
Nggak pernah perhatian sich dengan komposisinya. Mungkin banyak juga masyarakat yang mengira bahwa SKM itu juga bisa sebagai pengganti susu.
Terbukti beberapa percakapan ibu-ibu pada anaknya yang melarang beli jajan tertentu dan mereka bilang, "Jajan susu aja, biar sehat!".
Nah, jajan susu yang dimaksud tidak lain adalah SKM. SKM khan ada yang dijual sachet? Itulah yang jadi langganan anak-anak.
Padahal itu banyak kandungan gulanya lhoo .. yang justru memberi efek si anak akan merasa kenyang, sehingga mereka menjadi males makan. Pastinya akan bahaya donk? Kalau dipikir darimana mereka akan mendapatkan asupan gizi?
Tahun 2018 sempat mencuat sebuah polemik, setelah beredar pernyataan dari dewan pers BPOM yang menyatakan bahwa produk susu kental manis bukan susu. Artinya susu kental manis yang biasa kita kenal dengan nama SKM ternyata bukan susu.
Ketika masyarakat salah persepsi dan menganggap susu kental manis sebagai susu, maka akan memberikan produk ini pada anak-anak maupun balitanya. Jika ini diberikan secara terus menerus tanpa ada tambahan susu dengan kansungan protein yang cukup, maka dikhawatirkan anak akan mengalami kekurangan gizi atau gizi buruk. Dampak dari kekurangan gizi paling banyak adalah stunting. Anak akan mengalami gagal pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur. Melalui pencatatan elektronik dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) di 38 kabupaten/kota di Jatim 2019. Dari total sebanyak 344.019 balita menderita stunting atau gizi buruk di Jatim, tertinggi adalah Sidoarjo. Daerah tertinggi stunting kedua adalah Kabupaten Banyuwangi sebanyak 21.266
Berdasarkan data 1 dari 6 anak minum susu SKM |
Data yang menginterpretasikan pengetahuan ibu tentang susu kental manis |
Hasil penelitian yang dilakukan Muslimat NU Banyuwangi diperoleh data: bahwa 1 dari 7 balita mengkonsumsi SKM/KKM setiap hari. 107 (13,8%) dari 800 ibu memberikan minuman SKM/KKM kepada anak balitanya, artinya 1 dari 7 balita minum SKM/KKM setiap hari. Penelitian ini dilakukan di 3 Propinsi, yaitu: Jawa Timur (Pamekasan dan Kab. Bangkalan), NTT (Kota Kupang), dan Maluku (Kota Ambon).
Stunting juga disebabkan karena kurangnya konsumsi makanan bergizi saat dalam kandungan. Perlu diketahui pula bahwa stunting dipengaruhi beberapa, antara lain: sanitasi, pola makan, dan pola asuh.
Jadi kekurangan gizi selain pada balita yang bisa menyebabkan stunting maupun gangguan pertumbuhan lainnya, juga bisa diperparah apabila ibu hamil yang tidak memiliki pengetahuan memadai. Terutama soal asupan gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sejak di dalam kandungan hingga setelah mereka dilahirkan.
Untuk mencegah ini sebetulnya perlu dilakukan Sosialisasi & edukasi secara berkesinambungan, serta keterlibatan semua elemen masyarakat dan juga pemerintah (Kemenkes ; melalui puskesmas,kader posyandu, BPOM : media, sosmed), juga Produsen (semua perusahaan SKM), Organisasi Masyarakat (PP Muslimat NU), serta Asosiasi. Kedepannya semoga tidak lagi terjadi kasus kekurangan gizi pada masyarakat kita.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.